HUKUM MINUMAN KERAS



(فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (الْأَشْرِبَةِ) وَفِيْ الْحَدِّ الْمُتَعَلِّقِ بِشُرْبِهَا

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum minuman keras dan menjelaskan had yang terkait dengan meminumnya.

(وَمَنْ شَرِبَ خَمْرًا) وَهِيَ الْمُتَّخَذَةُ مِنْ عَصِيْرِ الْعِنَبِ (أَوْ شَرَابًا مُسْكِرًا) مِنْ غَيْرِ الْخَمْرِ كَالنَّبِيْذِ الْمُتَّخَذَةِ مِنَ الزَّبِيْبِ (يُحَدُّ) ذَلِكَ الشَّارِبُ

Barang siapa meminum khamr, yaitu minuman yang dibuat dari perasaan anggur basah, atau meminum minuman yang memabukkan dari selain khamr seperti nabidz yang terbuat dari anggur kering, maka si penimum tersebut dihukum had.

إِنْ كَانَ حُرًّا (أَرْبَعِيْنَ) جَلْدَةً  وَإِنْ كَانَ رَقِيْقًا عِشْرِيْنَ جَلْدَةً

Jika dia orang merdeka, maka dihad sebanyak empat puluh cambukan. Dan jika budak, maka dihad sebanyak dua puluh cambukan.

(وَيَجُوْزُ أَنْ يُبَلِّغَ) الْإِمَامُ (بِهِ) أَيْ حَدِّ الشُّرْبِ (ثَمَانِيْنَ) جَلْدَةً

Bagi imam diperkenankan memberi hukuman had hingga delapan puluh cambukan.

وَالزِّيَادَةُ عَلَى أَرْبَعِيْنَ فِيْ حُرٍّ وَعِشْرِيْنَ فِيْ رَقِيْقٍ (عَلَى وَجْهِ التَّعْزِيْرِ)

Lebihan dari empat puluh cambukan pada orang merdeka dan dari dua puluh cambukan pada budak adalah bentuk ta’ziran.


وَقِيْلَ الزِّيَادَةُ عَلَى مَا ذُكِرَ حَدٌّ

Ada yang mengatakan bahwa lebihan dari had yang telah disebutkan tersebut adalah had.

وَعَلَى هَذَا يَمْتَنِعُ النَّقْصُ عَنْهَا

Berdasarkan pada pendapat ini, maka tidak diperkenankan mengurangi dari tambahan tersebut.

Penetapan Had Minuman Keras

(وَيَجِبُ) الْحَدُّ (عَلَيْهِ) أَيْ شَارِبِ الْمُسْكِرِ (بِأَحَدِ الْأَمْرَيْنِ

Had ditetapkan kepada orang yang meminum minuman keras dengan salah satu dua perkara.

بِالْبَيِّنَةِ) أَيْ رَجُلَيْنِ يَشْهَدَانِ بِشُرْبِ مَا ذُكِرَ

Yaitu dengan saksi, maksudnya dua laki-laki yang bersaksi atas perbuatan seseorang yang meminum minuman yang telah disebutkan.

(أَوِ الْإِقْرَارِ) مِنَ الشَّارِبِ بِأَنَّهُ شَرِبَ مُسْكِرًا

Atau pengakuan dari orang yang meminum bahwa sesungguhnya ia telah meminum minuman keras.

فَلَا يُحَدُّ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ وَلَا بِشَهَادَةِ امْرَأَتَيْنِ وَلَا بِيَمِيْنٍ مَرْدُوْدَةٍ  وَلَا بِعِلْمِ الْقَاضِيْ وَلَا بِعِلْمِ غَيْرِهِ

Sehingga had tidak bisa ditetapkan dengan persaksian satu laki-laki dan satu perempuan, tidak dengan persaksian dua wanita, tidak dengan sumpah yang dikembalikan -pada penuduh-, tidak dengan pengetahuan sang qadli dan tidak juga dengan pengetahuan selain qadli.

(وَلَا يُحَدُّ) أَيْضًا الشَّارِبُ (بِالْقَيْئِ وَالْاِسْتِنْكَاءِ) أَيْ بِأَنْ يُشَمَّ مِنْهُ رَائِحَةُ الْخَمْرِ

Orang yang meminum juga tidak bisa dihukum had sebab memuntahkan minuman keras dan sebab istinka’, maksudnya dengan gambaran dari dia tercium bau khamr.

Baca juga :

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Comments

Popular posts from this blog

KAJIAN SAFINAH ANNAJAH (1) : ARTI HURUF BA (BI) BASMALAH Oleh Masaji Antoro

PENGERTIAN /TA'RIF IMAN

Perbedaan Haji Dan Umroh